Meski Dilarang Joe Biden, Israel Tetap Serang Rafah di Gaza 37 Orang Tewas

Warga Palestina memeriksa kehancuran setelah pemboman Israel di Rafah, di Jalur Gaza selatan pada Selasa (12/12/2023). Foto: Said Khatib/AFP

Serangan Israel ke kota Rafah Palestina menewaskan 37 orang dan melukai puluhan lainnya. Tindakan Zionis dilakukan meski Presiden Amerika Serikat Joe Biden meminta Israel membatalkan gempuran ke Rafah.

Menurut salah seorang warga Rafah yang dihubungi kantor berita Reuters, serangan udara membuat warga di kotanya panik. Sebab, serangan dimulai Israel saat warga tidur.

Beberapa warga lainnya mengkhawatirkan serangan Israel di Rafah berlanjut dengan operasi darat. Israel memulai gempuran di Rafah lewat udara serta tembakan dari tank dan kapal-kapal.

Presiden AS Joe Biden berbicara tentang putranya Beau saat berbicara pada acara kampanye di gereja Mother Emanuel AME di Charleston, Carolina Selatan, pada Senin (8/1/2024). Foto: Mandel Ngan/AFP

Saksi mata lainnya mengungkap, serangan Israel sepanjang malam Minggu (11/1) mengenai dua masjid dan sejumlah rumah.

Keterangan militer Israal, operasi di Rafah sudah selasai. Israel tidak memberikan keterangan detail mengenai serangan itu.

Sebelum menggempur Rafah Israel sudah meminta warga sipil untuk meninggalkan tempat tinggalnya. Israel tidak memberikan rincian proses evakuasi kepada warga sipil Rafah.

Di hari yang sama, Biden telah memberi tahu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar tidak meluncurkan operasi militer, tanpa ada rencana kredibel demi memastikan keamanan 1 juta warga yang berlindung di Rafah.

Keterangan Gedung Putih, Biden dan Netanyahu berbicara selama 45 menit. Biden juga menyampaikan kekhawatiran atas meroketnya jumlah warga sipil yang tewas pada perang Gaza.

Berbagai organisasi kemanusiaan dan penyalur bantuan menyayangkan serangan Israel ke Rafah. Wilayah di selatan Israel tadinya dijadikan tempat perlindungan warga dari perang yang pecah sejak 7 Oktober lalu.