Transformasi Mantan Atlit yang Memfavoritkan Bung Karno dan Gus Dur sebagai Pengusaha
“Benarkah si pemiliki warung soto yang namanya Jalal Jalil ini dulunya pemain sepakbola dan pembalap?,” tanya saya ke salah seorang pelayang warung soto Wong Kudus di km 102 Tol Cipali.
Saya menanyakan hal tersebut setelah melihat guntingan beberapa klipping berita yang dipajang di dinding belakang kasir.
Dalam klipping berita tentang bola tersebut tampak seorang pria bernama Jalal Jalil tengah mengenakan kaos. Sementara di klipping lain tentang otomotif, tampak pula gambar mobil-mobil sedan yang digunakan balapan.
“Iya benar, beliau pernah jadi pemain bola. Bahkan pernah menjadi pengurus Persikota, Persatuan Sepakbola Kota Tangerang,” jawab si pelayan
“Lho bukannya kalau Persatuan sepakbola Tangerang itu Persita?” sela anak saya yang ikut nimbrung pembicaraan
“Iya mas, tapi sebelum menjadi Persita, dulunya Persikota,” jelas si pelayan
“Terus beneran beliau pernah jadi pembalap mobil?, tanya anak saya penasaran
“Benar sekali, dulunya pemilik warung ini juga pernah jadi pembalap mobil,” jawab seorang bapak yang tiba-tiba nimbrung di tengah percakapan kami dan si pelayanan.
Bapak yang terlihat sebaya dengan saya tersebut mengenakan kaos hitam, berambut pendek yang keseluruhannya sudah berwarna putih.
“Lho bapak pemilik warung ini? Berarti bapak Jalal Jalil,” tanya saya menebak-nebak.
Si bapak tersebut tidak langsung menjawab, hanya tertawa kecil.
“Sekarang si pemiliki warung ada dimana?” tanya saya lagi ketika si bapak hanya menjawab pertanyaan saya dengan tertawa kecil.
“Lagi di menjaga warungnya di Subang,” jawab si bapak
“Ha ha ha Pak Jalal Jalil bisa saja. Tadi saya sudah menduga kalau bapak itu pemilik warung ini, walau foto di klipping berita agak berbeda, khususnya rambutnya. Di foto kan rambut bapak hitam semua, sedangkan sekarang sudah putih semua” jawab saya sambil memastikan bahwa di bapak yang ngobrol dengan saya ternyata si pemilik warung yang nama dan fotonya terdapat di klipping berita yang dipajang di belakang kasir.
“Iya pak, saya yang punya warung ini, Jalal Jalil,” jawab si bapak
“Wah bagaimana ceritanya dari main bola, membalap dan sekarang kok jadi penjual soto? Dan sekarang ada disini, Rumah Makan Wong Kudus KM 102,” tanya saya
“Ceritanya panjang pak. Ada di salah satu klipping berita tersebut,” jawab pak Jalal sambil menunjuk klipping berita di dinding.
“Ya sudah, kita berfoto bersama saja dulu. Setelah itu kita ngobrol-ngobrol,” ajak saya
Kami berdua pun kemudian berfoto bersama, dilanjutkan dengan berbincang sejenak.
Dari obrolan sejenak, saya tahu bahwa cerita tentang seorang Jalal Jalil adalah cerita tentang transformasi kehidupan seorang mantan atlit, yang biasanya susah di hari tua, menjadi seorang pengusaha sukses.
Setelah berhenti sebagai pemain bola karena cedera, Jalal Jalil pernah belajar balap mobil di Jepang dan ikut pula berlaga dalam laga serial di Sirkuit Internasional Sentul dengan mengendarai mobil balap sendiri.
Jalal pun pernah berusaha di bidang properti, bangunan, dan pertanian, sebelum sukses berjualan soto dan garang asem lewat Rumah Makan Warung Kudus Group dan memiliki banyak cabang di berbagai kota.
Ia memilih soto dan garang asem karena merupakan masakan khas kota Kudus tempat kelahirannya yang harus di dilestarikan.
Untuk memastikan kelancaran dagangannya, Jalal rutin mengecek semua kebutuhan warung satu per satu serta unit usaha lain yang digelutinya. Ia terbang dari satu kota ke kota lain untuk memastikan semuanya beroperasi dengan baik. Keberadaan di Rumah Makan Wong Kudus KM 102 kali ini pun bagian dari pengawasan terhadap lini usaha sotonya.
“Ya namanya usaha Pak, mesti tekun menjalaninya dan tetap diawasi biar berjalan lancar,” jelas Jalal Jalil
“Apalagi di warung soto ini kan banyak orang yang ikut bekerja dengan saya. Nasib mereka sangat tergantung pada soto atau makanan lain yang dijual di sini. Kalau rumah makan ini tidak laku lagi, mereka kan harus cari pekerjaan lain” tambahnya
“Karena itu saya mengupayakan agar setiap rumah makan berjalan baik, salah satunya dengan menjaga cita rasa khas soto Kudus di setiap warung,” tambah Jalal yang ternyata memfavoritkan Bung Karno dan Gus Dur, seperti tampak dari dipasangnya foto kedua tokoh tersebut di warungnya. Bahkan saat mengobrol dengan saya, ia tengah mengenakan kaos bergambar Gus Dur.
Ketika saya tanya kenapa mengidolakan kedua tokoh tersebut, alasannya sederhana, karena keduanya merakyat.
“Soto kan makanan yang merakyat,” ujar Jalal
Jalil pun kemudian menceritakan upaya agar sotonya tetap merakyat dan disukai orang adalah denhan menjaga cita rasa masakan yang dijualnya. Caranya dengan menyiapkan bumbu-bumbu masakan dengan resep buatannya di satu tempat yaitu di warungnya di Kudus. Tujuannya agar cita rasa antara satu cabang dengan cabang lain tidak berbeda.
Sukses Pak Jalal Jalil dan terus menginspirasi.
News Related-
Nadzira Shafa Nyanyi Lagu Baru, Lirik Rakit Soundtrack Film 172 Days, Ceritakan Kisah Cintanya dengan Amer Azzikra
-
Cara Menukarkan Valas dan Informasi Kurs Dollar-Rupiah di BCA, Selasa (28/11)
-
Ganjar Disindir Halus Kepala Suku di Merauke soal Kondisi Jalan
-
BREAKING NEWS - Diduga Depresi,Pemuda di Kubu Raya Nekat Akhiri Hidup Dengan Cara Tak Wajar
-
Tertarik Ubah Avanza Jadi VW Kodok? Segini Biayanya
-
Bukan Gabung Barito,Sosok di Luar Dugaan Eks Persija Membelot ke Rival Dewa United,Anak Dewa Cek
-
Pesan Mahfud ke Anak Muda Aceh: Semua Akan Sukses karena RI Kaya, Jangan Hedon
-
Apakah Hantu Itu Nyata? Berikut Penjelasan Ilmiahnya
-
Rajin Beri Bonus dan Ajak Jalan-jalan,Bos Tak Menyangka Lihat Isi Grup WA Karyawan,Semua Dipecat
-
Pimpinan KPK Kaget Kasus Korupsi SYL Ternyata Sudah Dilaporkan Sejak 2020, 3 Tahun Dibiarkan Mangkrak
-
Isyarat Rasulullah Tentang Penaklukan Romawi dan Mesir
-
Istana Ingatkan Pasangan Anies-Muhaimin, Ada Kesepakatan Politik Terkait UU IKN
-
Anak Kiky Saputri Unboxing Bingkisan Ulang Tahun Ke-2 Rayyanza
-
Ragam Keris dan Senjata Pusaka di Museum Pusaka TMII