Pelatih Bali United Beri Masukan untuk Cetak Striker Lokal Tajam,PR Timnas Indonesia di Finishing

Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Melahirkan striker tajam masih menjadi pekerjaan rumah Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam pembentukan Timnas Indonesia.

Di ajang Piala Asia 2023 Qatar, Timnas Indonesia membuktikan kansnya dengan mendatangkan sejumlah pemain naturalisasi dan menggunakan jasa pemain abroad atau Diaspora.

Dibawah asuhan Shin Tae-yong, Indonesia berhasil menjelma menjadi tim yang diwaspadai meskipun secara ranking Indonesia masih di atas 100.

Shin Tae-yong berhasil meramu pola permainan Timnas Indonesia lebih meningkat dari sebelumnya, Timnas Indonesia pun mampu lolos ke babak 16 besar pertama kalinya dalam sejarah Piala Asia.

Negara-negara besar seperti Jepang, Australia yang bertemu Timnas Indonesia pun mengakui melawan Marselino Ferdinan dan kolega tidak seperti melawan tim dengan ranking FIFA 146 saat ini.

Kini, berkat proses yang dibangun STY, Indonesia menjadi tim yang lebih kuat, permainan secara kolektif lebih matang, pertahanan kokoh dan berani tampil menyerang serta mencirikan sepak bola positif 90 menit.

Namun ada satu catatan untuk menyempurnakan Timnas Indonesia, yakni pada finishing touch atau penyelesaian akhir yang belum maksimal di dalam tubuh persepakbolaan Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah.

Kedepan, Indonesia harus mampu melahirkan striker-striker tajam. Sebagaimana disampaikan Pelatih Bali United, Stefano Cugurra.

Pelatih asal Brasil ini menyebut bahwa teknik finishing pemain harus dilatih sejak usia muda.

“Menurut saya seharusnya yang teknik finishing harusnya dilatih di usia muda,” ujar Teco di Gianyar, Bali, pada Kamis 1 Februari 2024.

Dengan begitu, kata Teco saat menginjak usia senior, striker lebih siap dan matang memiliki insting naluri gol yang tinggi sebagai seorang penyerang, ujung tombak di dalam tim.

“Waktu datang di tim senior seharusnya pemain datang lebih siap dan lebih matang untuk posisi ini,” tuturnya.

Pelatih Bali United, Stefano Cugurra. (Ist/Bali United)

Senada dengan sang pelatih, striker Bali United yang juga mantan penyerang Timnas Indonesia, yakni pemain naturalisasi Ilija Spasojevic.

Spaso menyebut permasalahan Timnas adalah penyelesaian akhir masih menjadi kendala dari 5 percobaan tembakan ke arah gawang lawan.

Spaso merupakan salah satu striker subur, bahkan dirinya beberapa kali dinobatkan menjadi top skor di masa keemasannya, kini usia tak bisa dibohongi.

Kini giliran pemain-pemain muda menjadi penerusnya, di Liga Indonesia, produktifitas gol didominasi pemain-pemain asing, inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagaimana mematangkan penyerang lokal.

Legenda Timnas Indonesia, Made Pasek Wijaya tidak menampik bahwa salah satu persoalan di sepak bola Indonesia adalah ketajaman striker lokal.

“Kenapa susah mencari striker kita ya? Striker lokal. Karena di Liga Indonesia selalu jadi striker orang-orang asing. Jadi kesempatan striker kita tidak ada. Akhirnya striker kita main di Liga 2,” tuturnya.

“Padahal kita membutuhkan di Liga 1. Berapa orang yang pakai di Liga 1 tidak ada rata-rata pakai striker asing semua. Kita tidak bisa menyalahkan klub. Karena klub kan ingin yang terbaik. Kalau tidak bisa mencetak gol sponsor tidak masuk di Liga Indonesia,” sambungnya.

Made Pasek menyebutkan bahwa mantan striker Indonesia yang memiliki kualitas berbahaya adalah Kurniawan Dwi Yulianto.

“Makanya perlu striker-striker kita bersaing dengan pemain-pemain kualitas asing. Cuma yang bisa bersaing kualitas striker kita zaman dulu hanya Kurniawan Dwi Yulianto. Itu pun Kurniawan sudah ikut di kompetisinya di Italia. Di Indonesia masih bisa bersaing dengan striker-striker asing,” pungkasnya. (*)