Memanas,Mesir Mendadak Batalkan Rapat Militer dengan Israel,Tel Aviv Anggap Kairo Berkhianat
Memanas, Mesir Mendadak Batalkan Rapat Militer dengan Israel, Tel Aviv Anggap Kairo Berkhianat
TRIBUNNEWS.COM - Hubungan Mesir dan Israel saat ini dilaporkan dalam status ‘berisiko tinggi’ akibat keputusan Tel Aviv memperluas invasi dan serangan ke Rafah, Kota di Gaza Selatan yang berdekatan dengan perbatasan.
Laporan outlet Ibrani, I24 pada Senin (13/5/2024) menyebut, pejabat militer Mesir secara tiba-tiba membatalkan rencana perundingan dengan rekan-rekan Israel mereka.
Pembatalan tersebut dilaporkan karena kekhawatiran Kairo meningkat atas Rafah menyusul perebutan perbatasan dengan Mesir oleh Israel dan operasi militer yang sedang berlangsung di kota tersebut.
Sumber-sumber Israel “mengungkapkan pembatalan mendadak tersebut, yang mengindikasikan krisis diplomatik yang semakin mendalam antara kedua negara,” lapor I24.
Salah satu sumber mengatakan kepada outlet tersebut bahwa keputusan Mesir membatalkan rapat militer tersebut merupakan sebuah “pengkhianatan,” mengingat kerja sama bersejarah antara Kairo dan Tel Aviv.
Pembatalan tersebut dilaporkan sebagai akibat dari operasi militer Israel di kota paling selatan Gaza, Rafah, yang telah lama menjadi perhatian Mesir.
Seorang pejabat senior Mesir mengatakan kepada Associated Press pada tanggal 12 Mei bahwa Mesir telah mengajukan keluhan kepada Israel, Amerika Serikat, dan negara-negara Uni Eropa mengenai situasi di Rafah.
Mesir juga telah memperingatkan bahwa perjanjian perdamaian yang telah berlangsung selama beberapa dekade antara keduanya bisa mempunyai “risiko tinggi.”
Mesir tengah bersiap untuk serangan kepada pemerintahan Israel. (Middle East Monitor)
Potensi Pemutusan Hubungan Diplomatik
Ini bukan pertama kalinya beredar laporan yang mengatakan Mesir mengancam akan memutuskan hubungan diplomtik dengan Israel.
Pada bulan Februari, media Barat mengutip para pejabat yang mengatakan bahwa Mesir mengancam akan menangguhkan Perjanjian Camp David jika Israel memilih untuk menyerang Rafah.
Pasukan Israel menyerbu dan menguasai perbatasan Rafah dengan Mesir pekan lalu.
Puluhan warga sipil, termasuk anak-anak, tewas ketika jet terus membombardir kota paling selatan tersebut.
Pasukan darat Israel kini menyerang dari timur Rafah, dan terjadi bentrokan sengit antara tentara dan kelompok perlawanan Palestina.
Israel selama berbulan-bulan telah menjanjikan invasi ke kota tersebut, yang dikatakannya sebagai benteng terakhir Hamas.
Bulan lalu, laporan mengatakan Israel telah memberi pengarahan kepada Mesir mengenai rencananya untuk Rafah dan bahwa Kairo terlibat dalam upaya untuk mengevakuasi kota tersebut, yang menampung lebih dari satu juta warga Palestina yang terkepung, sebagian besar dari mereka mengungsi dari wilayah lain di Gaza.
AS juga telah meminta Israel untuk menunda melancarkan serangan darat besar-besaran terhadap Rafah.
Sejak awal perang, Mesir telah menyatakan keprihatinannya atas potensi masuknya pengungsi Palestina ke wilayahnya setelah Rafah diserang dan telah berjanji untuk tidak mengizinkan perpindahan massal warga Gaza ke gurun Sinai.
Laporan I24 muncul sehari setelah Mesir mengumumkan akan mendukung kasus Afrika Selatan melawan Israel di Mahkamah Internasional (ICJ).
Keputusan tersebut diambil “mengingat memburuknya tingkat keparahan dan cakupan serangan Israel terhadap warga sipil Palestina di Jalur Gaza, dan terus dilakukannya praktik sistematis terhadap rakyat Palestina, termasuk penargetan langsung terhadap warga sipil dan penghancuran infrastruktur di Jalur Gaza, dan mendorong warga Palestina untuk melarikan diri.”
(oln/tc/i24/*)