Kerugian Perusahaan Asing Akibat Hengkang dari Rusia Ditaksir Capai USD 107 M

Antrean mengular di luar toko pakaian H&M yang membuka penjualan terakhir sebelum menutup operasi bisnisnya di Rusia, di pusat perbelanjaan Metropolis di Moskow, Rabu (3/8/2022). Foto: Natalia Kolesnikova/AFP

Eksodus korporasi dari Rusia sejak invasinya ke Ukraina pada tahun 2022, ditaksir telah merugikan perusahaan asing lebih dari USD 107 miliar dalam bentuk penurunan nilai dan hilangnya pendapatan.

Temuan tersebut berdasarkan dari analisis Reuters terhadap pengajuan dan pernyataan perusahaan.

Volume kerugian telah meningkat sepertiga sejak penghitungan terakhir pada Agustus tahun lalu. Hal ini menunjukkan besarnya dampak finansial yang dialami dunia usaha akibat invasi Moskow, serta menyoroti hilangnya Barat secara tiba-tiba dalam perekonomian Rusia.

“Ketika invasi Rusia terus berlanjut di tengah melemahnya bantuan militer Barat, dan semakin besarnya sanksi yang diberikan oleh Barat, perusahaan-perusahaan yang masih ingin keluar dari Rusia kemungkinan akan menghadapi kesulitan lebih lanjut dan harus menerima penurunan nilai dan kerugian yang lebih besar,” kata Ian Massey, Kepala Intelijen Perusahaan, EMEA, di konsultan risiko global S-RM, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (28/3).

Massey menambahkan, Presiden Vladimir Putin, yang terpilih lagi dalam kemenangan telak, kini mempunyai mandat baru untuk melakukan isolasi lebih lanjut dari Barat, termasuk melalui penyitaan aset tambahan dan tekanan politik.

Moskow menuntut diskon minimal 50 persen untuk penjualan aset luar negeri dan terus memperketat persyaratan keluar, sering kali menerima biaya nominal hanya satu rubel .

Sepanjang tahun ini, penjualan aset milik Shell (SHEL.L), HSBC (HSBA.L), Polimetal Internasional (POLY.MM), dan Yandex NV (YNDX.O), telah diumumkan, totalnya hampir USD 10 miliar dan dengan diskon setinggi 90 persen.

Pada pekan lalu, Danone (DANO.PA), mengatakan pihaknya menerima persetujuan peraturan untuk membuang aset-asetnya di Rusia, sehingga menimbulkan kerugian total USD 1,3 miliar.

Sekitar 1.000 perusahaan telah keluar, meskipun ratusan perusahaan termasuk pengecer Prancis Auchan dan Benetton masih beroperasi atau menghentikan bisnis di sana, menurut analisis Yale School of Management.

Retaliasi Rusia

Presiden Rusia dan calon presiden Vladimir Putin berbicara kepada massa saat rapat umum dan konser merayakan 10 tahun aneksasi Rusia atas Krimea di Lapangan Merah di Moskow pada 18 Maret 2024. Foto: Natalia Kolesnikova / AFP

Berdasarkan laporan Reuters, negara-negara Barat membekukan sekitar USD 300 miliar emas dan cadangan devisa Bank Rusia setelah invasi Rusia. Jerman telah menasionalisasi Gazprom (GAZP.MM), Pabrik Germania, mengganti namanya menjadi Sefe, dan menempatkan Rosneft (ROSN.MM), Kilang Schwedt di bawah perwalian Jerman.

Rusia berjanji membalas usulan UE untuk mendistribusikan kembali miliaran euro bunga yang diperoleh dari aset-asetnya yang dibekukan, serta memperingatkan konsekuensi bencana dan mengatakan setiap upaya untuk mengambil modal atau bunganya adalah “bandit”.

Bank-bank Barat juga khawatir akan perselisihan hukum yang mungkin timbul akibat penyitaan. “Tidak ada aset Barat di Rusia yang dapat dianggap aman atau dilindungi selama Kremlin terus melancarkan perang,” kata Massey.

Moskow telah mengambil kendali sementara atas aset yang dimiliki oleh beberapa perusahaan Barat termasuk Fortum (FORTUM.HE), , Carlsberg (CARLb.CO), OMV (OMVV.VI), dan Uniper .

Kantor berita Rusia, RIA, menghitung bahwa negara-negara Barat akan kehilangan aset dan investasi senilai setidaknya USD 288 miliar jika Moskow melakukan tindakan balasan.

Hal ini didasarkan pada data yang menunjukkan bahwa investasi langsung oleh Uni Eropa, negara-negara G7, Australia dan Swiss pada perekonomian Rusia di akhir tahun 2022 berjumlah USD 288 miliar.

Dikatakan bahwa negara-negara UE memiliki aset senilai USD 223,3 miliar, yang mana USD 98,3 miliar di antaranya secara resmi dimiliki oleh Siprus, USD 50,1 miliar oleh Belanda, dan USD 17,3 miliar oleh Jerman.